Ibumu atau istrimu yang cantik
Ibu Kita Atau Istri
Kita
Bang mamat baru saja
menikah dengan gadis cantiknya bukan kepalang. Namun seribu kali sayang,
pelitnya tidak ketulungan.
Sejak
menikah, bang mamat diharuskan menyerahkan semua gajinya pada istrinya. Istriny
adalah yang mengatur semua
pengeluaran rumah tangga. Istilahnya, istrinyalah yang menjadi bendahara
keluarga. Awalnya memang tidak ada masalah, tapi sebulan berikutnya, masalah
itu muncul saat Ibunya bang mamat datang minta uang. Bng mamat yang tidak
pegang uang akhirnya minta uang pada istrinya. Tapi apa yang terjadi?
Ternyata
istrinya tidak mau memberi uang kepada ibu mertuanya. Alasannya, uang belanja
tidak akan cukup kalau diberikan kepada ibu mertuanya. Lha nanti kalau beli
kosmetik pakai uang siapa? Belum buat beli baju tidur? Buat beli spring bed?
Buat beli ini itu? Akhirnya ibu mertua yang kecewa karena tidak diberi
menantunya, bernadzar tidak akan datang ke rumah anaknya selamanya.Masyaallah.
Bang
mamat yang tahu kalau ibunya tidak dikasih uang hanya diam seperti “kera ketulup”. Ia bingung, apa yang harus
dilakukannya? Membela ibunya sebagai bakti kepada orang tuanya dengan
kemungkinan istrinya akan memarahinya. Atau membetulkan sikap istrinya dengan
kemungkinan akan dianggap durhaka oleh ibunya, inilah kisah yang sering dan
banyak dialami oleh saudara-saudara kita, atau bahkan kita sendiri. Sebagian di
antara mereka atau kita masih bingung, mana yang harus diprioritaskan? Lebih
penting mana? Ibu kita atau istri kita?
Suami
Harus Mendahulukan Ibunya Daripada Istrinya
Sangat
wajar kalau anak laki-laki meski sudah menikah tapi tetap memperhatikan ibu dan
bapaknya, bahkan ini adalah kewajiban anak kepada orang tuanya, terutama ibu.
Meski anak sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri, ia tetap wajib merawat
orang tuanya, termasuk menafkahinya seandainya mereka memang sudah tidak mampu
bekerja lagi. Anak laki-laki harus taat kepada ibunya, bukan istrinya. Justru
istrilah yang harus patuh pada suaminya.
Dalam
sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah
Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab,
“Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang
berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)
Seorang
sahabat, Jabir Ra menceritakan: Suatu hari datang seorang laki-laki kepada
Rasulullah Saw, ia berkata, “Ya Rasulallah, saya memiliki harta dan anak, dan
bagaimana jika bapak saya menginginkan (meminta) harta saya itu? Rasulullah
menjawab, “Kamu dan harta kamu adalah milik ayahmu”. (HR. Ibnu Majah dan
At-Thabrani)
Ini
berarti apabila orang tua membutuhkan bantuan, maka kita tidak boleh menolak,
apalagi sampai menyakiti perasaannya.
Jangan
Korbankan Orang Tua Demi Istri, Meskipun Ia Cantik!
Allah
Swt berfirman, “...dan hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu” (QS. Luqman:14). Begitu penting berbuat baik dan berterima kasih
kepada kepada kedua orang tua kita, sampai Rasulullah bersabda, “Ridha Allah
terdapat pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah terdapat pada kemurkaan
orang tua” (HR. Turmudzi).
Demikian
tinggi kedudukan orang tua terhadap anaknya, sampai-sampai Allah baru meridhai
kita kalau orang tua ridha kepada kita. Sebaliknya, Allah akan marah kepada
kita apabila kita menyia-nyiakan orang tua. Karena itu, janganlah seorang anak
laki-laki mengorbankan orang tua demi istri, meskipun istri tersebut sangat
cantik! Sebab berbakti kepada orang tua termasuk kewajiban pokok yang
perintahnya digandeng dengan perintah beribadah kepada Allah, “Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-Isra’:23).
Istri
Jaman Sekarang Kebanyakan Bermusuhan Dengan Ibu Mertuanya
Jika
kita mau jujur, kita akan setuju dengan pernyataan tersebut. Bagi istri, ketemu
dengan ibu mertua sama dengan ketemu Mak Lampir. Jenis istri seperti inilah
yang jumlahnya seribu seribu. Artinya, sebagian besar istri berperangai seperti
itu.
Seorang
suami yang bijak seharusnya bisa menuntun istrinya agar sadar dan mengerti
bahwa seorang laki-laki meskipun sudah menikah, tapi masih punya kewajiban
mengurus ibunya. Istri yang baik tidak akan melarang suaminya berbuat baik
kepada orang tuanya. Seyogyanya, seorang istri membantu suaminya dengan cara
memberi dorongan dan peluang kepadanya untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
Tidak perlu takut, kalau suami memberi uang kepada ibunya, lantas rejekinya
istri akan berkurang. Yakinlah, dengan rahmat-Nya, Allah akan melipat
gandakannya. Dengan seperti itu, seorang istri akan mendapat pahala kebaikan
pula. Sebaliknya, jika istri menghalang-halangi suami berniat baik, maka ia
akan mendapat dosa......
Semoga menjadi pelajaran buat kita semua
Tentang kisah di atas
Terima kasih
Comments
Post a Comment