Jangan lah sombong
Salah satu
tujuan diutusnya Rosululloh adalah
untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)
Islam adalah
agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak
dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang
mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang
menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang
buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah
sikap sombong.
Sombong atau
yang sering kita kenal dengan istilah kibr, takabur dan istikbar, ketiganya
hampir semakna, merupakan suatu kondisi seseorang di mana ia merasa lain dari
yang lain (dengan keadaan tersebut) sebagai pengaruh i’jab (kebanggaan)
terhadap diri sendiri, yaitu dengan adanya anggapan atau perasaan, bahwa
dirinya lebih tinggi dan besar daripada selainnya.
Maka tidak akan
berlaku sombong, kecuali orang yang merasa dirinya besar dan tinggi, dan ia
tidak merasa tinggi atau besar, kecuali karena adanya keyakinan, bahwa dirinya
memiliki keunggulan, kelebihan dan kesempurnaan yang dengannya ia menganggap
berbeda dengan orang lain.
Sifat angkuh dan
sombong telah banyak mencelakakan makhluk ciptaan Alloh subhanahu wata’ala,
mulai dari peristiwa terusirnya Iblis dari sorga karena kesombongannya untuk
tidak mau sujud kepada Nabi Adam alaihis salam tatkala diperintahkan oleh Alloh
subhanahu wata’ala untuk sujud hormat kepadanya.
Demikian juga
Alloh subhanahu wata’ala telah menenggelamkan Qorun beserta seluruh hartanya ke
dalam perut bumi karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Alloh subhanahu
wata’ala dan juga kepada sesama kaumnya.
Alloh subhanahu
wata’ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya di lautan karena
kesombongan dan keangkuhannya terhadap Alloh subhanahu wata’ala dan juga kepada
sesama kaumnya, dan karena kesombongannya itulah dia lupa diri sehingga dengan
keangkuhannya dia menyatakan dirinya adalah tuhan yang harus disembah dan
diagungkan.
Kehancuran kaum
Nabi Luth alaihis salam juga karena kesombongan mereka dengan menolak kebenaran
yang disampaikan Nabi Luth alaihis salam agar mereka meninggalkan kebiasaan
buruk mereka yaitu melakukan penyimpangan seksual, yakni lebih memilih pasangan
hidup mereka sesama jenis (homoseks), sehingga tanpa disangka-sangka pada suatu
pagi, Alloh subhanahu wata’ala menurunkan hujan batu kepada mereka dan
membalikkan bumi yang mereka tempati dan tiada satu pun di antara mereka yang
bisa menyelamatkan diri dari adzab Alloh yang datangnya tiba-tiba.
Dan masih banyak
kisah lain yang bisa menyadarkan manusia dari kesombongan dan keangkuhan,
kalaulah mereka mau mempergunakan hati nurani dan akalnya secara sehat.
Mengapa manusia
tidak boleh sombong? Sebab manusia adalah makhluk yang lemah, maka pantaskah
makhluk yang lemah itu bermegah-megahan dan sombong di hadapan penguasa langit
dan bumi..? Namun fenomena dan realita yang ada masih banyak manusia itu yang
lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk
menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna
segala-galanya.
Nash-nash
Ilahiyyah banyak sekali mencela orang yang sombong dan angkuh, baik yang
terdapat dalam Al-Qur`an maupun dalam As-Sunnah.
1. Orang Yang
Sombong Telah Mengabaikan Perintah Alloh subhanahu wata’ala.
Alloh subhanahu
wata’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
"Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (angkuh)." (QS. Luqman:18)
Ibnu Abbas
radhiyallohu ‘anhu, menjelaskan makna firman Alloh subhanahu wata’ala: (Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia) dia berkata: "Janganlah
kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika
mereka berbicara kepadamu." (Tafsir At-Thobari 21/74)
Ibnu Katsir
rahimahullah mengatakan Firman Allohsubhanahu wata’ala, ”Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya janganlah kamu menjadi orang
yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua
itu yang menyebabkan Alloh murka kepadamu".(Tafsir Ibnu Katsir 3/417)
2. Orang Yang
Sombong Menjadi Penghuni Neraka.
Alloh subhanahu
wata’ala berfirman:
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ
مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
"Katakanlah
kepada mereka: Masuklah kalian ke pintu-pintu neraka jahannam dan kekal di
dalamnya, maka itulah sejelek-jelek tempat kembali untuk orang-orang yang
sombong." (QS.
Az-Zumar: 72)
Rosululloh bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
"Tidak
akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan." (HR. Muslim)
Rasululloh bersabda,
وَعَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهَبٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ
الله صلي الله عليه وسلم قَالَ: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ
عُتُلٍّ وَجَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Dari
Haritsah bin Wahb ,
ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasululloh bersabda,
‘Maukah kalian jika aku sampaikan tentang ahli Neraka? ‘Mereka adalah setiap
yang kejam, kasar, dan sombong’.”(Muttafaqun ‘alaihi)
عُتُلٍّ adalah orang yang keras dan kasar.
Sebagaimana kata-kata ‘Atalah, yaitu sebuah alat yang digunakan
untuk menggali bumi. Alat itu sangat keras dan kasar.
جَوَّاظٍ adalah orang yang keterlaluan dalam
akhlaq buruknya.
مُسْتَكْبِرٍ adalah orang yang di dalam dirinya
terdapat kesombongan dan kekerasan. Kesombongan terhadap kebenaran. Kesombongan
terhadap sesama manusia. Dia sama sekali tidak mau tunduk untuk menghadap
kebenaran. Dia tidak menyayangi manusia.
Dalam hadits lain
Rosululloh bersabda, "Maukah
Aku beritakan kepada kalian tentang penghuni surga? Para shahabat menjawab:
tentu (wahai Rosululloh), lalu beliau berkata: "(Penghuni surga adalah)
orang-orang yang lemah lagi direndahkan oleh orang lain, kalau dia bersumpah
(berdo'a) kepada Alloh niscaya Alloh kabulkan do'anya, Maukah Aku beritakan
kepada kalian tentang penghuni neraka? Para shahabat menjawab: tentu (wahai
Rosululloh), lalu beliau berkata: "(Penghuni neraka adalah) orang-orang
yang keras kepala, berbuat semena-mena (kasar), lagi sombong". (HR.
Bukhori & Muslim)
3. Orang Yang
Sombong Pintu Hatinya Terkunci & Tertutup.
Sebagaimana
Firman Alloh subhanahu wata’ala:
كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
"Demikianlah
Alloh mengunci mati pintu hati orang yang sombong dan sewenang-wenang" (QS. Ghafir:35)
Imam
Asy-Syaukani rahimahullah berkata, "Sebagaimana Alloh mengunci mati hati
orang yang memperdebatkan ayat-ayat Alloh maka demikian juga halnya Alloh juga
mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat semena-mena, yang demikian
itu karena hati merupakan sumber pangkal kesombongan, sedangkan anggota tubuh
hanya tunduk dan patuh mengikuti hati". (Fathul Qodir 4/492).
4.
Kesombongan Membawa Kepada Kehinaan Di Dunia & Di Akhirat
Orang yang
sombong akan mendapatkan kehinaan di dunia ini, yaitu berupa kejahilan, sebagai
balasan dari perbuatannya, perhatikanlah firman Alloh subhanahu wata’ala:
سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ
"Aku
akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di dunia ini tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaanku". (QS. Al-'Araf: 146)
(Maksudnya) yaitu Aku (Alloh) halangi
mereka memahami hujah-hujjah dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang
keagungan-Ku, syari'at-Ku, hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong
untuk ta'at kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alasan yang benar,
sebagaimana mereka sombong tanpa alasan yang benar, maka Alloh hinakan mereka
dengan kebodohan (kejahilan).(Tafsir Ibnu Katsir 2/228)
Kebodohan adalah
sumber segala malapetaka, sehingga Alloh sangat mencela orang-orang yang jahil
dan orang-orang yang betah dengan kejahilannya, Alloh subhanahu wata’ala
berfirman:
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ
الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
"Sesungguhnya
makhluk yang paling jelek (paling hina) di sisi Alloh ialah orang-orang yang
tuli dan bisu yang tidak mengerti apapun (jahil).” (QS. Al-Anfal:22)
Maksudnya Alloh
subhanahu wata’ala menghinakan orang-orang yang tidak mau mendengarkan
kebenaran dan tidak mau menuturkan yang haq, sehingga orang tersebut tidak
memahami ayat-ayat-Nya yang pada akhirnya menyebabkan dia menjadi seorang yang
jahil dan tidak mengerti apa-apa, dan kejahilan itulah bentuk kehinaan bagi
orang-orang yang sombong.
Dan orang yang
sombong di akhirat dihinakan oleh Alloh subhanahu wata’ala dengan memperkecil
postur tubuh mereka sekecil semut dan hinaan datang kepadanya dari segala
penjuru tempat, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh dalam
hadits berikut:
"Orang-orang
yang sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk semut-semut
kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang hinaan kepada mereka,
mereka digiring ke penjara neraka jahannam yang di sebut Bulas, di bagian
atasnya api yang menyala-nyala dan mereka diberi minuman dari kotoran penghuni
neraka". (HR.
Tirmizi & Ahmad, dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Al-Misykat)
Bapak-bapak dan
ibu-ibu yang saya muliakan
Ada beberapa
sebab yang mendorong seseorang menganggap dirinya lebih unggul daripada orang
lain, sehingga melahirkan kesombongan dalam jiwa, yaitu:
1. Sombong
dengan Ilmu
Ada sebagian
thalib ilmu atau orang yang diberi pengetahuan oleh Alloh, namun malah justru
menjadikan dirinya sombong. Ia merasakan dirinyalah yang paling pandai (alim),
menganggap rendah orang lain, menganggap bodoh mereka dan selalu ingin agar
dirinya mendapatkan penghormatan, pelayanan dan fasilitas khusus dari mereka.
Dia memandang, bahwa dirinya lebih mulia, tinggi dan utama di sisi Alloh
daripada mereka.
Ada dua faktor
yang menyebabkan seseorang menjadi sombong dengan ilmunya:
Pertama, Ia mencurahkan perhatian terhadap apa
yang ia anggap sebagai ilmu, padahal hakikatnya ia bukanlah ilmu. Ia tak lebih
sebagai data atau informasi yang direkam dalam otak yang tidak memberikan buah
dan hasil, karena ilmu yang sesungguhnya akan semakin membuat ia kenal siapa
dirinya dan siapa Rabbnya. Ilmu yang hakiki akan melahirkan sikap khosyah
(takut kepada Alloh) dan tawadhu (rendah hati), bukan malah menjadi sombong.
Sebagaimana firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Faathir: 28)
Kedua, Al-khoudl fil ilm yaitu
belajar dengan tujuan agar dapat berbicara banyak, berdebat dan menjatuhkan
orang dengan kepiawaian yang dimilikinya, sehingga orang menilainya sebagai
orang alim yang tak terkalahkan ilmu-nya. Selayaknya ia lebih dahulu
memperbaiki hati dan jiwanya, membersihkan dan menatanya, sehingga tujuan dalam
mencari ilmu menjadi benar dan lurus. Karena merupakan karakteristik khas dari
ilmu, bahwasanya ia menjadikan pemiliknya bertambah takut kepada Alloh dan
tawadhu terhadap sesama manusia. Ibarat pohon tatkala banyak buahnya, maka
ia semakin merunduk dan merendah, sehingga orang akan dengan lebih mudah
mendapatkan kebaikan dan manfaat darinya.
Orang, apabila
telah hobi mengumbar omongan, bantah-bantahan dan debat kusir, maka ilmunya
justru akan melemparkannya kepada kedudukan yang rendah dan pengetahuan yang
dimilikinya tidak akan membuahkan hasil yang baik, sehingga keberkahan ilmu
tidak tampak sama sekali.
2. Sombong
dengan Amal Ibadah
Kesombongan ahli
ibadah dari segi keduniaan adalah ia menghendaki, atau paling tidak membuat
kesan, agar orang lain menganggapnya sebagai orang yang zuhud, wara, taqwa dan
paling mulia di hadapan manusia. Sedangkan dari segi agama adalah ia
memandang, bahwa orang lain akan masuk neraka, sedang dia selamat darinya.
Sebagian ahli
ibadah apabila ada orang lain yang membuatnya jengkel atau merendahkannya, maka
terkadang mengeluarkan ucapan, Alloh tidak akan mengampunimu atau, Kamu pasti
masuk neraka dan yang sejenisnya. Padahal ucapan-ucapan tersebut dimurkai
Alloh, yang justru dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.
3. Sombong
dengan Keturunan (Nasab)
Barangsiapa yang
mendapati kesombongan dalam hati karena nasabnya, maka hendaknya ia segera
mengobati hatinya itu.
Jika seseorang
akan mencari nasabnya, maka perhatikan firman Alloh berikut ini,
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ
الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ . ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ
مَهِينٍ
Yang membuat
segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (air mani). (QS. As-Sajdah:7-8)
Inilah nasab
manusia yang sebenarnya, kakeknya yang terjauh adalah tanah, dan nasabnya yang
terdekat adalah nuthfah alias air mani. Jika demikian keadaannya, maka tak
selayaknya seseorang sombong dan merasa tinggi dengan nasabnya.
4. Sombong
dengan Kecantikan/Ketampanan
Kesombongan
seperti ini banyak terjadi di kalangan para wanita, yaitu dengan
menyebut-nyebut kekurangan orang lain, menggunjing dan membicarakan aib sesama.
Seharusnya orang
yang sombong dengan kecantikannya ini banyak menengok ke dalam hatinya. Untuk
apa anggota tubuh yang indah, namun hati dan perangai buruk, padahal tubuh
secantik apa pun pasti akan binasa, hancur dan hilang tak tersisa.
Belum lagi kalau
orang mau merenungi, bahwa selagi masih hidup, maka mungkin saja Alloh
berkehendak untuk mengubah kecantikan atau ketampanannya, misalnya dengan
mengalami kecelakaan, sakit kulit, kebakaran dan lain sebagainya, yang dapat
menjadikan rupa yang cantik menjadi buruk. Maka dengan kesadaran seperti
ini, insya Alloh rasa sombong yang ada dalam hati akan terkikis dan bahkan
tercabut hingga ke akar-akarnya.
5. Sombong
dengan Harta
Yaitu dengan
memandang rendah orang fakir dan bersikap congkak terhadap mereka. Ini
disebabkan harta yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan yang banyak, tanah dan
bangunan, kendaraan mewah, perhiasan dan lain sebagainya. Kesombongan karena
harta termasuk kesombongan karena faktor luar, dalam arti bukan merupakan
potensi pribadi orang yang bersangkutan. Berbeda dengan ilmu, amal, kecantikan
atau nasab, sehingga apabila harta itu hilang, maka ia akan menjadi hina
sehina-hinanya.
6. Sombong
dengan Kekuatan dan Kegagahan
Orang yang
mendapatkan karunia seperti ini hendaknya menyadari, bahwa kekuatan adalah
milik Alloh seluruhnya. Hendaknya selalu ingat, bahwa dengan sedikit sakit saja
akan membuat badan tidak enak, istirahat tidak tenang. Kalau Alloh menghendaki,
seekor nyamuk pun dapat membuat seseorang sakit dan bahkan hingga menemui
ajalnya. (2011 terjadi 404 kasus kematian akibat DbD)
Orang yang mau
memikirkan ini semua, yaitu sakit dan kematian yang bisa datang kapan saja dan
kepada siapa saja, maka sudah sepantasanya tidak angkuh dan takabur dengan
kekuatan dan kesehatan badannya.
7. Sombong
dengan Banyaknya Keluarga, Kerabat atau Pengikut.
Kesombongan
jenis ini juga merupakan kesombongan yang disebabkan faktor luar, bukan karena
kelebihan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Dan setiap orang yang sombong
karena sesuatu yang bukan dari kelebihan dan keunggulan dirinya sendiri, maka
dia adalah sebodoh-bodoh manusia. Bagai-mana mungkin ia sombong dengan sesuatu
yang bukan merupakan kelebihan dirinya?
Hakekat
Kesombongan dari hadits Nabi
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallohu ‘anhu dari Nabi ,
beliau bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan
masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji
sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai
baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Alloh itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)
An Nawawi
rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu
menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak
kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi)
Kesombongan ada
dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap makhluk. Hal ini
diterangkan oleh Nabi pada
hadist di atas dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka
meremehkan orang lain”. Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling
darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni
merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada
apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain.(Syarh Riyadus
Shaalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Sombong
Terhadap al Haq (Kebenaran)
Sombong terhadap
al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak menerimanya.
Setiap orang yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan
penolakannya tersebut. Oleh karena itu wajib bagi setiap hamba untuk
menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul ‘alaihimus
salaam.
Orang yang
sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan
kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan
dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia
menolak kebenaran tersebut. Hal ini seperti yang Alloh terangkan dalam
firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ
سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ
فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Sesungguhnya
orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Alloh tanpa alasan yang
sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan
akan) kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah
perlindungan kepada Alloh. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Adapun orang
yang sombong dengan menolak sebagian al haq yang tidak sesuai dengan hawa nafsu
dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka dia berhak mendapat hukuman (adzab)
karena sifat sombongnya tersebut.
Maka wajib bagi
para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan Rasul di
atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah kembali kepadanya dan
pondasi kebenaran dibangun di atasnya, yakni dengan petunjuk Nabi . Kita
berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara lahir dan
batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, Syaikh Nashir as Sa’di)
Sikap seorang
muslim terhadap setiap kebenaran adalah menerimanya secara penuh sebagaimana
firman Alloh ‘Azza wa Jalla,
وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ
أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا
“Dan tidaklah
patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Alloh dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka.” (QS.
Al-Ahzab: 36)
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمً
“Maka demi
Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa’: 65)
Sombong
Terhadap Makhluk
Bentuk
kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan
dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya
sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaan terhadap
diri sendiri membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina
mereka, serta merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Rosululloh bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah
seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim” (HR. Muslim).
Bentuk-bentuk
kesombongan terhadap manusia di antaranya -seperti yang pernah disinggung
sebelumnya- adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan
harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan
kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia
merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut.
Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat,
kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Alloh
Ta’ala. Jika Alloh berkehendak, sangat mudah bagi Alloh untuk mencabut kelebihan-kelebihan
tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia
harus sombong terhadap orang lain?.
PENGARUH
KESOMBONGAN
Kesombongan
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan, dan pengaruh-pengaruh
tersebut tampak dalam gerak-gerik anggota badan, cara berjalan, berdiri, duduk,
berbicara dan diamnya seseorang.
Di antara
pengaruh-pengaruh yang tampak (indikasi) dari sikap kesombongan adalah:
* Orang yang
sombong kalau toh mau berjalan bersama-sama orang lain, maka ia selalu minta
paling depan dan semua orang harus ada di belakangnya. Konon dikisahkan
bahwa Abdur Rahman bin Auf, kalau sedang berjalan bersama para
pembantunya, maka tidak ketahuan ada disebelah mana, ia tidak pernah
menonjolkan diri harus berada paling depan supaya semua orang melihatnya.
* Orang sombong
jika berada di suatu majlis, biasanya minta diistimewakan, diperlakukan lain
daripada yang lain. Kemudian ia akan sangat senang kalau semua orang
mendengarkan yang ia katakan dan sangat benci kalau ada orang lain mengalihkan
pembicaraan kepada selainnya. Maunya semua orang harus membenarkan dan menerima
apa yang ia katakan.
* Termasuk
pengaruh sifat sombong adalah memalingkan muka dari sesama muslim, atau melihat
dengan pandangan sinis dan merendahkan.
* Kesombongan
juga berpengaruh bagi seseorang dalam ucapan, gaya bicara dan nada intonasinya.
Bahkan terkadang mencerminkan ketidaksopanan, misalnya seorang murid atau
mahasiswa menghardik gurunya, karena ia merasa anak seorang pejabat atau tokoh.
* Kesombongan
juga akan mempengaruhi gaya jalan seseorang, misalnya sambil membusungkan
dadanya, atau berjalan dengan dibuat-buat agar menarik perhatian orang lain.
Alloh Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman,
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ
وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung. (QS. Al-Isro’:37)
* Kesombongan juga berpengaruh di dalam
kehidupan rumah tangga. Biasanya orang yang dalam hatinya ada kesombongan akan
enggan mengerjakan pekerjaan rumah, walau hanya sepele. Hal ini berbeda dengan
sikap tawadhu yang diajarkan oleh Rosululloh . Dan Aisyah
radiallohuanhameriwayatkan, bahwa Rasululloh biasa
membantu istri beliau.
* Merupakan
pengaruh kesombongan juga, bahwasanya ia membuat seseorang enggan membawakan
barang atau sesuatu ke rumahnya, meskipun bukan hal yang berat, misalnya saja
barang belanjaan. Aliberkata, Seseorang tidak akan berkurang kesempurnaannya
dengan membawakan sesuatu untuk keluarganya.
* Kesombongan
juga mempengaruhi gaya berpakaian seseorang, yaitu ia berpakaian dengan tujuan
pamer dan supaya terkenal, atau dengan pakaian yang melanggar ketentuan syar’i,
seperti isbal (memanjangkan celana di bawah mata kaki) bagi laki-laki.
* Orang yang
sombong biasanya sangat senang apabila ia datang, lalu orang-orang berdiri
untuk menghormatinya. Padahal para shahabat apabila datang Rosululloh kepada
mereka, maka mereka tidak berdiri untuk beliau, hal ini dikarenakan mereka
tahu, bahwa Rosululloh membenci
hal itu.
* Orang yang
dalam hatinya ada kesombongan tidak akan mau mengunjungi orang lain, tidak mau
mengucapkan salam lebih dahulu, minta supaya diprioritaskan dan tidak mau
mendahulukan kepentingan orang lain.
* Kesombongan
juga akan mengakibatkan seseorang tidak memandang adanya hak orang lain pada
dirinya. Sementara itu ia beranggapan, bahwa ia memiliki hak yang banyak atas
selainnya.
Mengganti
Sikap Sombong dengan Tawadhu’
Kebalikan dari
sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan
sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Alloh
terangkan dalam firman-Nya,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ
هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Hamba-hamba
Robb Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi
dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63) dan ibadurrahman akan
dibalas dengan surge (al furqan: 75-76)
Diriwayatkan
dari Iyadh bin Himar radhiyallohu ‘anhu bahwa Rosululloh pernah
bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا
يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
‘Sesungguhnya
Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang
pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang
lain” (HR
Muslim).
Rosululloh bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا
بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Sedekah itu tidak akan
mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang
lain, melainkan Alloh akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang
yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Alloh, melainkan Alloh akan mengangkat
derajatnya.” (HR. Muslim)
Sikap tawadhu’
inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Alloh berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya
Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat “ (QS. Al Mujadilah: 11).
Termasuk buah
dari lmu yang paling agung adalah sikap tawadhu’. Tawadhu’ adalah ketundukan
secara total terhadap kebenaran, dan tunduk terhadap perintah Alloh dan
rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan disertai sikap tawadhu’
terhadap manusia dengan bersikap merendahkan hati, memperhatikan mereka baik
yang tua maupun muda, dan memuliakan mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong
yaitu menolak kebenaran dan merendahkan manusia. (Bahjatu Qulubil
Abrar)
Tidak
Termasuk Kesombongan
Tatkala
Rosululloh menceritakan
bahwa orang yang memiliki sikap sombong tidak akan masuk surga, ada sahabat
yang bertanya tentang orang yang suka memakai pakaian dan sandal yang bagus. Dia
khawatir hal itu termasuk kesombongan yang diancam dalam hadits. Maka Rosululloh menerangkan
bahwasanya hal itu tidak termasuk kesombongan selama orang tersebut tunduk
kepada kebenaran dan bersikap tawadhu’ kepada manusia. Bahkan hal itu termasuk
bentuk keindahan yang dicintai oleh Alloh, karena sesungguhnya Alloh Maha Indah
dalam dzat-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta perbuatan-Nya. Alloh
mencintai keindahan lahir dan batin. (Bahjatu Qulubil Abrar)
Kesombongan
yang Paling Buruk
Al Imam Adz
Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang
menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar
dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat
ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya
itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan
terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan
setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari
hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa
yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang
remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka,
maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji
sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa billah.” (Al Kabaa’ir ma’a
Syarh li Ibni al ‘Utsaimin)
Semoga
Alloh Ta’ala menjauhkan kita dari sikap sombong. Hanya kepada Alloh lah kita
memohon. Wa shalallohu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.
Semoga
bermanfaat
Terima kasih
Comments
Post a Comment